KENDARI, OKESULTRA.ID- Sekretaris Daerah (Sekda) Sulawesi Tenggara (Sultra), Drs. H. Asrun Lio, M.Hum., Ph.D., mewakili Pj. Gubernur menghadiri malam puncak Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) dalam rangka revitalisasi bahasa daerah, di salah satu hotel di Kota Kendari, Jum’at (22/11/2024).
Dalam sambutannya, Sekda Asrun Lio mengatay Sultra memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, yakni sembilan bahasa asli dengan puluhan dialek dan ratusan subdialek. Namun, kekayaan ini terancam hilang jika tidak kita lestarikan.
“Untuk itu, mari kita tingkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap pentingnya pelestarian bahasa dan sastra daerah. Pemerintah daerah, para pemangku kepentingan, dan seluruh lapisan masyarakat memiliki peran penting dalam upaya pelestarian ini,” ujarnya.
Sekda menyampaikan bahwa sesuai amanat Pasal 32 ayat (2) UUD 1945, negara berkewajiban menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Sejalan dengan itu, sebagai bentuk komitmen Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam melestarikan bahasa daerah, telah tetapkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Daerah.
“Peraturan ini menjadi landasan hukum yang kuat untuk memastikan bahasa dan sastra daerah terus dilestarikan dan diberdayakan, termasuk melalui integrasi ke dalam kurikulum pendidikan yang akan segera memasukkan bahasa-bahasa daerah di Sultra,” terangnya.
Sekda menekankan bahasa daerah bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga cerminan identitas budaya yang kaya. Di Sulawesi Tenggara, bahasa seperti Tolaki, Muna, Moronene, Wolio, Wakatobi, Kulisusu, Ciacia, Lasalimu-Kamaru, dan Culambacu adalah bagian integral dari kekayaan budaya yang membentuk identitas bangsa.
“Revitalisasi bahasa daerah menjadi sangat penting untuk memastikan bahasa-bahasa tersebut tetap relevan dan hidup di tengah masyarakat, terutama di kalangan generasi muda sebagai penerus bangsa.” ungkap Sekda.
Sekda mengajak kita semua untuk kembali mengenalkan anak-anak kita pada cerita rakyat, lagu-lagu tradisional, dan kesenian daerah sebagai bagian dari upaya revitalisasi bahasa daerah. Dengan cara ini, kita tidak hanya melestarikan bahasa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur pada generasi muda. Dengan memahami budaya dan bahasa daerah, mereka akan tumbuh menjadi generasi yang memiliki rasa bangga terhadap warisan budaya bangsa.
“Saya mengajak seluruh elemen masyarakat, baik pemerintah, komunitas, maupun generasi muda, untuk bersama-sama untuk aktif berperan dalam melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah. Bersama-sama, kita dapat menjaga kekayaan budaya kita dan memperkuat identitas bangsa,” ungkapnya.
Sekda Asrun Lio, menyampaikan bahwa pada ajang Apresiasi Warisan Budaya Indonesia (AWBI) tahun 2024 yang diselenggarakan di Taman Fatahillah, Jakarta, pada tanggal 16 November 2024, Sulawesi Tenggara berhasil meraih 9 sertifikat penetapan Warisan Budaya Takbenda (WBTB) dari Kementerian Kebudayaan.
“Pencapaian luar biasa ini patut kita syukuri dan banggakan bersama. Sembilan warisan budaya takbenda tersebut adalah Haroa, Tari Galangi, Gola Nit, Kabuto, Bilangari, Kasambu, Pogiraa Adhara, Mowindahko, dan Sajo Moane,” ujar Sekda.
“Dengan pencapaian ini, Sultra kini telah memiliki total 37 WBTB yang diakui secara nasional. Hal ini membuktikan bahwa Sulawesi Tenggara tidak hanya kaya akan bahasa daerah, tetapi juga memiliki beragam warisan budaya yang sangat berharga. Kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga, melestarikan, dan mempromosikan warisan budaya ini kepada generasi mendatang dan dunia,” tambahnya.
Di akhir samutannya Sekda menyampaikan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara senantiasa mendukung segala upaya yang dilakukan oleh seluruh pihak terkait perlindungan bahasa dan sastra daerah.
“Kami berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif-inisiatif yang bertujuan untuk menjaga dan melestarikan bahasa-bahasa daerah. Mari kita terus berupaya semaksimal mungkin agar budaya dan bahasa daerah kita terjaga, terlindungi, dan terpelihara dengan baik. Dengan demikian, bahasa dan budaya daerah kita akan semakin kuat dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi generasi mendatang,” tutup Sekda.
Turut hadir dalam acara tersebut, Kepala Pusat Penembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra, Imam Budi Utomo, Kepala Kantor Bahasa Sultra, Pimti Pratama Lingkup Sultra, Bupati/Walikota se-Sultra, Pimpinan Lembaga lingkup Sultra, para kepala dinas pendidikan Kab/Kota se-Sultra, dan Para Kepala Sekolah se-Sultra. (Adv)
Reporter : duL