KENDARI, OKESULTRA.ID – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Kendari , Sulawesi Tenggara makin menggila sejak tahun 2024.
Tidak tanggung-tanggung, sejak masuk tahun 2024 hingga saat ini, kasus DBD di Kota Kendari tercatat telah mencapai 296 kasus dan satu diantaranya meninggal dunia.
Guna menekan laju peningkatan kasus DBD di Kota Kendari, Dinas Kesehatan Kota Kendari melakukan fogging di rumah-rumah warga yang terpapar penyakit DBD. Hal itu guna untuk membunuh nyamuk agar tidak menimbulkan korban lain.
Kepala bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kendari, Ellfi mengatakan untuk saat ini pihaknya telah melakukan fogging di 105 titik.
“Sejauh ini kami melakukan fogging sudah sebanyak 105 titik. Lokasinya ini di rumah-rumah pasien DBD dan di samping rumah pasien yang berjarak 2-3 meter,” katanya saat ditemui di ruangan kerjanya, Jumat (19/1/2024).
Meski demikian, ia menjelaskan bahwa fogging bukan merupakan solusi utama untuk mengatasi DBD karena upaya tersebut hanya bakal membunuh nyamuk dewasa sedangkan jentiknya tidak.
Terlebih banyak dari masyarakat hari ini yang masih menolak untuk dilakukannya fogging di rumahnya.
“Kenapa fogging kita anggap tidak terlalu maksimal di Kota Kendari, karena kalau kita sudah jadwalkan itu fogging masyarakat ini karena dia bilang kotorlah, apalah, jadi kadang di rumah kasus saja yang mau di fogging. Rumah yang dua Meter dari rumah kasus tidak mau di fogging,” ungkapnya.
“Maunya diluar-luar saja, padahal nyamuk bukan saja ada diluar-luarnya tapi ada juga dalam Rumah, itulah yang berbahaya,” sambungnya.
Sebab menurutnya ketika fogging dilakukan hanya di luar rumah maka potensi besar nyamuk bakal masuk ke dalam rumah dan itulah nantinya yang dapat menimbulkan kasus DBD.
Selain itu, upaya lain yang dilakukan adalah dengan mensurvei secara aktif di seluruh pelayanan kesehatan agar mengetahui mata rantai penularan penyakit ini untuk bisa ditekan.
“Ketika kita mengetahui adanya kasus DBD, kita melakukan penyelidikan untuk mencari tau, kira-kira sejauh mana mata rantai penularan penyakit ini untuk bisa kira tekan,” jelasnya.
Kemudian melakukan survei kepadatan jentik yang dilakukan oleh tim survelens terpadu bersama P2 untuk mengukur sejauh mana kepadatan jentik nyamuk di Kota Kendari.
Terakhir ia menyebutkan bahwa kasus ini telah menjadi perhatian Penjabat (Pj) Wali Kota Kendari, sehingga Dinkes Kendari bersama seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait telah melakukan rapat koordinasi untuk bersama-sama mengambil peran dalam pencegahan dan pengendalian kasus DBD.
Sebab menurutnya tidak ada yang mampu menangani kasus DBD secara maksimal selain dengan 3M Plus atau Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat-tempat penampungan air dan Mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia dan itu semua harus dimulai dari diri sendiri.
Reporter : LM Ismail
Editor : duL